
BeritaYogya.com – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengajak seluruh perguruan tinggi di Kota Pelajar untuk berperan aktif sebagai mitra strategis dalam menangani persoalan sampah dan pelestarian lingkungan. Ajakan ini disampaikan sebagai respons atas tantangan besar dalam mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir.
“Penentunya adalah produsen. Masalah sampah tidak akan selesai hanya lewat pendekatan teknis atau pemerintah saja. Perubahan perilaku itu kuncinya, dan peran perguruan tinggi di sini sangat vital,” ujar Hasto, Kamis (10/4/2025).
Menurut Hasto, akar masalah justru ada di bagian hulu, yaitu dari produsen sampah itu sendiri. Kebiasaan membuang sampah sembarangan dan tidak memilah sampah di tingkat rumah tangga menjadi tantangan utama yang memerlukan pendekatan edukatif secara terus-menerus.
“Ini bukan semata soal teknis. Ini persoalan perilaku. Dan untuk mengubah perilaku, kita butuh edukasi berkelanjutan,” tambahnya.
Pemkot Yogyakarta, kata Hasto, telah melakukan langkah darurat dengan membersihkan lebih dari 3.100 ton sampah dalam waktu satu bulan dari sejumlah depo. Hingga kini, sekitar 35 titik telah bersih, menyisakan beberapa lokasi yang masih dalam proses. Targetnya, dalam dua pekan ke depan Kota Yogyakarta hanya akan mengelola sampah harian (fresh waste).
Meski demikian, ia menegaskan bahwa penanganan teknis hanyalah solusi sementara. Fokus kini bergeser pada perubahan sistem distribusi sampah dari warga langsung ke depo menjadi sistem kolektif berbasis gerobak.
“Sekarang 90 persen sudah terkendali. Setelah darurat teknis lewat, kita masuk tahap perubahan perilaku masyarakat,” tegasnya.
Untuk mendorong transformasi ini, Pemkot akan menggandeng perguruan tinggi melalui program-program seperti KKN, magang, dan pendampingan masyarakat di 169 kampung. Mahasiswa diharapkan tidak hanya membantu aspek teknis, tapi juga menjadi agen perubahan sosial lewat edukasi dan penguatan gotong royong berbasis komunitas.
“Kami ingin Yogyakarta seperti Little Singapore. Bukan dari segi bisnis, tapi dari sisi kedisiplinan dan ketertiban sebagai kota pendidikan,” ujar Hasto.
Sebagai bentuk nyata dukungan terhadap misi tersebut, Pemkot akan mengalihkan anggaran pengadaan mobil dinas wali kota dan wakilnya untuk mendukung kebutuhan operasional para petugas lapangan—termasuk pengadaan sepatu, seragam, dan peralatan kerja lainnya. Sistem pengangkutan sampah juga akan direformasi, baik dari sisi jadwal maupun armada.