Ukraina Tuduh Rusia Tolak Usulan Gencatan Senjata AS

8
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. (Foto: X - @ZelenskyyUa)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. (Foto: X - @ZelenskyyUa)

BeritaYogya.com – Ukraina menuduh Rusia menolak proposal gencatan senjata selama 30 hari yang diajukan oleh Amerika Serikat, menyusul serangan terbaru yang kembali menghantam infrastruktur sipil. Usulan ini dirancang sebagai langkah awal menuju penyelesaian konflik yang telah berlangsung sejak 2022.

Dalam percakapan via telepon dengan Presiden AS Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin menolak gencatan senjata kecuali Barat menghentikan seluruh bantuan militer untuk Ukraina. Kremlin menyatakan bahwa Putin telah menyetujui penghentian serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina selama 30 hari, tetapi menekankan bahwa gencatan senjata penuh hanya bisa terjadi jika bantuan militer dan intelijen Barat dihentikan.

Di tengah tensi tinggi, kedua pihak sepakat melakukan pertukaran 175 tahanan pada Rabu (19/3/2025), sebagaimana dilaporkan oleh CNA.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik jeda sementara serangan terhadap jaringan energi, tetapi tetap meminta klarifikasi lebih lanjut dari AS. Sementara itu, Washington menyatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut terkait gencatan senjata akan digelar di Jeddah pada Minggu (23/3/2025).

Meski ada kesepakatan terbatas, Rusia tetap menggempur beberapa wilayah Ukraina, termasuk Sumy, di mana serangan udara menyebabkan ledakan dan merusak sebuah rumah sakit. Zelenskyy mengecam serangan tersebut dan menilai bahwa tindakan Rusia bertujuan melumpuhkan sektor energi dan kehidupan masyarakat Ukraina.

“Putin pada dasarnya menolak gencatan senjata penuh yang diusulkan,” ujar Zelenskyy.

Kremlin juga menambahkan bahwa selama masa gencatan senjata terbatas ini, Ukraina dilarang melakukan mobilisasi atau memperkuat persenjataannya. Zelenskyy menegaskan bahwa pasukan Ukraina akan tetap beroperasi, termasuk di wilayah Kursk yang berada di perbatasan Rusia.

Sementara itu, dukungan dari Eropa tetap mengalir. Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan komitmen mereka untuk terus membantu Ukraina, terutama lewat bantuan militer. “Ukraina bisa terus mengandalkan kami,” kata Scholz.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini