BeritaYogya.com – Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow siap mempertimbangkan gencatan senjata dengan Ukraina.
Namun, ia menegaskan bahwa kesepakatan semacam itu harus menjadi langkah menuju perdamaian jangka panjang dan bukan hanya jeda sementara dalam konflik.
Dalam konferensi pers bersama Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Moskow pada Kamis (13/3/2025), Putin menyatakan bahwa Rusia mendukung penyelesaian konflik melalui cara damai.
Meski begitu, ia menekankan adanya sejumlah isu penting yang perlu didiskusikan lebih lanjut, terutama dengan Amerika Serikat. Salah satunya adalah sistem kontrol dan verifikasi untuk memastikan kepatuhan terhadap gencatan senjata.
Putin menyampaikan kekhawatiran bahwa jeda selama 30 hari ini bisa saja dimanfaatkan Ukraina untuk melakukan mobilisasi paksa, menambah persenjataan, dan melatih pasukan baru. Oleh karena itu, Rusia membutuhkan jaminan kuat bahwa hal itu tidak akan terjadi.
Putin juga membuka kemungkinan menggelar dialog langsung dengan Presiden AS Donald Trump, untuk membahas detil dari kesepakatan damai tersebut.
Di sisi lain, Washington dan Kyiv menyatakan dukungan terhadap usulan gencatan senjata 30 hari yang disepakati dalam pertemuan di Arab Saudi. Utusan khusus AS, Steve Witkoff, dijadwalkan akan menyampaikan hasil pembahasan tersebut kepada Rusia.
Putin juga mengangkat isu wilayah Kursk, area perbatasan Rusia-Ukraina yang sempat diduduki pasukan Ukraina pada Agustus 2024.
Ia mempertanyakan apakah pasukan Ukraina di wilayah itu akan diperbolehkan mundur begitu saja tanpa pertanggungjawaban atas dugaan kejahatan terhadap warga sipil.
Saat ini, menurut data militer Rusia, sebanyak 86% wilayah Kursk telah dibebaskan, dan pasukan Ukraina yang tersisa telah dikepung.
Putin menegaskan bahwa setiap upaya perdamaian harus menyelesaikan akar konflik, bukan sekadar menjadi jeda sementara dari pertempuran.
