BeritaYogya.com – Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak dan pendidikan bagi kaum perempuan.
Meski menjadi salah satu tanggal bersejarah di Tanah Air, banyak masyarakat masih mempertanyakan apakah tanggal ini termasuk dalam hari libur nasional.
Secara resmi, Hari Kartini telah ditetapkan sebagai hari peringatan nasional oleh pemerintah Indonesia. Namun, penetapan ini tidak menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Artinya, kegiatan perkantoran, sekolah, maupun aktivitas di sektor swasta tetap berlangsung seperti biasa pada tanggal tersebut.
Meski begitu, sejumlah sekolah biasanya menyelenggarakan berbagai kegiatan khusus untuk memperingati semangat dan nilai-nilai perjuangan Kartini.
Perayaan ini sering kali diwujudkan melalui lomba busana daerah, pidato, pementasan seni, atau kegiatan edukatif lainnya yang mengangkat tema kesetaraan gender dan pendidikan perempuan.
Status tanggal 21 April sebagai hari kerja ditegaskan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri Tahun 2025, yang melibatkan Kementerian Agama, Kementerian Ketenagakerjaan, dan Kementerian PANRB.
Ketentuan tersebut tercantum dalam SKB Nomor 1017, Nomor 2, dan Nomor 2 Tahun 2024, yang memuat daftar resmi hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2025. Dalam daftar itu, Hari Kartini tidak termasuk sebagai hari libur nasional.
R.A. Kartini lahir pada 21 April 1879 di Mayong, Jepara, dari lingkungan keluarga bangsawan Jawa. Status keluarganya membuat Kartini berhak menyandang gelar “Raden Ajeng.”
Ia mengenyam pendidikan di ELS (Europese Lagere School), sebuah sekolah khusus bagi anak-anak pejabat dan elite pada masa kolonial Belanda. Di sana, Kartini menunjukkan kecerdasannya dan menguasai bahasa Belanda secara aktif.
Semangat Kartini dalam memperjuangkan pendidikan perempuan tercermin dari surat-surat yang ia tulis, yang kelak menjadi warisan penting dalam sejarah pemikiran emansipasi di Indonesia.
Pada tahun 1903, Kartini mendirikan sebuah sekolah untuk perempuan di Jepara, yang menjadi bukti nyata dari perjuangan dan komitmennya terhadap akses pendidikan yang setara bagi perempuan Indonesia.