BeritaYogya.com – Calon presiden Ganjar Pranowo berambisi agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh antara 6% hingga 7% dalam waktu dekat. Dia berharap pertumbuhan tersebut dapat membantu Indonesia lepas dari jebakan pendapatan menengah.
Ganjar menyampaikan visinya ini di hadapan 3.150 mahasiswa yang akan lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada tanggal 22 Agustus.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Investasi dan Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, juga hadir. Sebagai tanggapan atas aspirasi Ganjar, Bahlil menegaskan bahwa solusi utama agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 7% adalah melalui hilirisasi.
Bahlil menyatakan, “Tadi Pak Ganjar mengharapkan pertumbuhan ekonomi kita mencapai 7%. Satu-satunya kunci adalah hilirisasi,” saat berbicara di depan 3.150 calon lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada tanggal 22 Agustus.
Bahlil menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak seharusnya hanya bergantung pada konsumsi. Sebaliknya, ekonomi perlu didukung oleh investasi, terutama melalui pendekatan hilirisasi.
Bahlil menyatakan, “Arah kebijakan ke depan adalah mendorong hilirisasi. Saat ini, global memfokuskan pada energi hijau dan industri ramah lingkungan untuk mengurangi emisi. Untuk Indonesia, prioritas kita adalah hilirisasi.”
Ia mengemukakan bahwa tanpa proses hilirisasi, ekonomi Indonesia akan sulit mendapatkan nilai tambah. Dengan hilirisasi, potensi nilai tambah industri akan meningkat pesat. Sebagai bukti, Bahlil memberikan contoh tentang ekspor nikel.
Sebelum Indonesia memulai hilirisasi nikel, nilai ekspor pada 2017 hanya sekitar USD 3,3 miliar. Namun, setelah diberlakukan larangan ekspor dan fokus pada hilirisasi nikel pada 2020, nilai ekspor meningkat tajam menjadi USD 30 miliar.
“Kenaikannya mencapai sepuluh kali lipat setelah kita menerapkan hilirisasi,” ungkap Bahlil.
Dengan penerapan hilirisasi, Indonesia tidak hanya berambisi untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, tetapi juga untuk menjadi negara maju. Untuk mendukung ambisi ini, pemerintah telah merancang Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis hingga tahun 2040 dengan kebutuhan investasi sekitar US$ 545,3 miliar.
Bahlil menambahkan, negara-negara yang telah maju tidak lagi hanya mengandalkan konsumsi untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Mereka telah memanfaatkan investasi dalam proses hilirisasi sebagai alat utama untuk pertumbuhan ekonomi mereka.